Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

6 Cara Memeluk Masa Lalu

     Dalam hidup ini, hanya ada tiga masa: masa lalu, masa kini dan masa depan. Masa lalu adalah masa yang sudah tertinggal jauh di belakang. Tapi ajaibnya, masa lalu itu masih seringkali menghantui kehidupan seseorang di masa kini. Bahkan mungkin sudah lebih dulu terbang ke masa depan. Masa lalu yang kelam, kejadian-kejadian yang menyakitkan di masa lalu, penyesalan-penyesalan yang teringat hingga kini. Semua itu seringkali menjadi penghambat kemajuan kita hari ini. Pada titik tertentu, masa lalu tersebut bahkan membuat kita merasa kecil dan enggan bermimpi tentang masa depan. Bayang-bayang masa lalu yang kelam menciptakan ketakutan, rasa rendah diri dan pesimisme. Atau mereka hanya sekadar datang untuk merusak kebahagiaan kita hari ini. Namun sepahit dan sekelam apapun, masa lalu adalah bagian dari kehidupan kita, bagian dari diri kita. Namun kita juga tentu tidak ingin terus dibayangi masa lalu, bukan? Kita pasti tidak ingin apa yang terjadi di masa lalu menjadi belenggu terha

Perpisahan

Dulu, yang paling aku takutkan adalah perpisahan. Entah dengan sesuatu atau seseorang yang sangat berarti. Sebab perpisahan menyisakan rasa kehilangan. Dan rasa kehilangan menyebabkan sebuah kekosongan. Kekosongan membuat hidup tanpa gairah. Seiring bertambahnya usia, pengalaman, dan perpisahan-perpisahan yang terjadi, aku semakin menyadari bahwa perpisahan adalah sebuah keniscayaan. Tak bisa terhindarkan. Jika pun bukan karena kehendak manusianya, tak ada kuasa yang menghindarkan perpisahan karena takdir kematian. Maka ketika aku mulai merasa nyaman, merasa mencintai dan menyayangi sesuatu atau seseorang, aku selalu mengatakan kepada diriku bahwa mereka tak akan selamanya ada.  Begitupun juga denganku. Jika bukan mereka yang pergi, aku bisa saja pergi lebih dulu. Sedari awal aku harus berdamai dengan kenyataan itu. Agar saat itu terjadi, aku tak akan terlarut dalam kehilangan.  Dan dalam agama yang kuyakini, segala sesuatu yang ada di dunia ini pada hakikatnya bukan milikku. Yang aku

Cikaracak Ninggang Batu Laun-Laun Jadi Legok

Gambar
     Salah satu paribasa (peribahasa) Sunda yang selalu aku temui dalam pelajaran Bahasa Sunda sejak SD hingga SMA adalah: “Cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok”. Kalau diartikan kira-kira begini, “air tetesan jatuh ke atas batu, lama-lama bisa menjadi lubang (cekungan, di batu tersebut).” Mungkin tidak benar-benar akurat, tapi begitu kurang-lebih intinya. Terbayang, kan, maksudnya? Jika batu terus-menerus ditetesi air, lama-lama batu tersebut juga bisa terkikis. Sekalipun air yang menetesnya itu kecil. Aku tertarik dengan peribahasa ini, sebab aku pikir jika masyarakat Sunda mengenal pepatah ini maka masyarakat Sunda mestinya mengenal pula nilai yang terkandung di dalamnya. Kalau itu memang nilai-nilai yang baik dan benar, maka aku pikir itu harus dipegang kuat sebagai pedoman dalam hidup. Sebenarnya banyak juga peribahasa lainnya, tapi kali ini ingin membahas ini dulu aja. Yang aku pahami dari peribahasa “cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok” ini adalah bahwa ke

Gak Usah Mikir!

Jadi tadi siang aku nonton video SUCRD (Stand Up Comedy Raditya Dika) 2019, part Q&A. Nah, ada satu orang yang nanya kira-kira begini, "Bang, lu kan tadi bilang santai aja lah ngadepin hujatan orang, bodo amat lah sama apa kata orang. Gimana Bang caranya biar gitu ? Ya gak usah mikirin gitu?" Terus Bang Radit jawab, kira-kira begini: " Lah bukannya malah gampang ya, gak mikir? Kenapa harus ribet sih . Gue ini minimalis juga dalam berpikir. Gue akan pikirin hal-hal yang menurut gue penting. Orang tuh kan ribet karena ribetin diri sendiri. Kita hidup santai aja lah". Iya juga sih. Bukannya lebih gampang untuk gak mikir ya? Lebih ringan, space otak jadi lebih luas. Kalo komputer mah RAM yang tersisa kan bisa lebih banyak ya? Jadi bisa bikin kinerja jadi lebih baik dan lebih cepat. Dengan gak mikirin hal-hal remeh, pikiran kita jadi lebih luas buat mikirin hal-hal yang lebih besar. Yang lebih penting dan lebih bermanfaat. Apalagi di zam

Nil Battey Sannata: Orang Miskin Juga Berhak Bermimpi!

     Hari ini aku mau berbagi soal film India berjudul “Nil Battey Sannata”. Sebenarnya film ini sudah aku ketahui dari waktu aku kuliah. Temanku yang memberi tahu. Namun dulu aku belum tertarik untuk menonton. Tadi pagi ketika aku sedang membuka-buka folder di komputer, untuk mencari ide tentunya, aku menemukan film ini. Aku gak bisa bahasa India, jadi untuk mengetahui arti Nil Battey Sannata, aku meminta Google mencarikan artinya untukku. Dan ternyata Google mempertemukanku dengan Wikipedia. Menurut Wikipedia, terjemahan dari Nil Battey Sannata ini adalah zero devided by zero means nothing . Namun dalam terjemahan dari film yang aku tonton (diterjemahkan oleh: S. Mustaqim Ibrahim) artinya “yang lebih membutuhkan pertolongan”. Ya intinya mungkin seperti tidak ada apa-apanya, nothing, payah. Sepertinya kalian akan memahami maksudnya jika sudah menonton filmnya. Atau setelah membaca sinopsis yang akan aku tulis ini. Sinopsis. Chanda Sahay adalah seorang ibu, single parent , yang