6 Cara Memeluk Masa Lalu

    Dalam hidup ini, hanya ada tiga masa: masa lalu, masa kini dan masa depan. Masa lalu adalah masa yang sudah tertinggal jauh di belakang. Tapi ajaibnya, masa lalu itu masih seringkali menghantui kehidupan seseorang di masa kini. Bahkan mungkin sudah lebih dulu terbang ke masa depan.

Masa lalu yang kelam, kejadian-kejadian yang menyakitkan di masa lalu, penyesalan-penyesalan yang teringat hingga kini. Semua itu seringkali menjadi penghambat kemajuan kita hari ini. Pada titik tertentu, masa lalu tersebut bahkan membuat kita merasa kecil dan enggan bermimpi tentang masa depan. Bayang-bayang masa lalu yang kelam menciptakan ketakutan, rasa rendah diri dan pesimisme. Atau mereka hanya sekadar datang untuk merusak kebahagiaan kita hari ini.

Namun sepahit dan sekelam apapun, masa lalu adalah bagian dari kehidupan kita, bagian dari diri kita. Namun kita juga tentu tidak ingin terus dibayangi masa lalu, bukan? Kita pasti tidak ingin apa yang terjadi di masa lalu menjadi belenggu terhadap langkah kita di masa kini dan masa depan. Hanya ada satu hal yang harus kita lakukan, yaitu memeluknya.

Ya, mengakui bahwa memang masa lalu itu adalah bagian dari diri kita, dan kita mau menerimanya, tanpa adanya rasa sakit lagi, tanpa amarah. Mengingat masa lalu yang tidak menyenangkan dengan perasaan yang damai. Menerima hal yang menyakitkan dan tidak kita inginkan pasti sama sekali bukan hal yang mudah. Namun dalam hidup ini, bukankah perjuangan tak pernah mudah? Dan justru karena itulah hidup menjadi lebih menantang dan tak membosankan, bukan?

Cara untuk Berdamai dengan Masa Lalu

Penulis di sini ingin mengajukan beberapa saran yang bisa dicoba untuk bisa memeluk dan berdamai masa lalu. Bagaimana caranya? Mari kita simak 6 cara memeluk masa lalu berikut ini.

1.    Menerima Kenyataan-Kenyataan yang Terjadi di Masa Lalu

Sekalipun kejadian-kejadian di masa lalu itu tidak kita inginkan bahkan kita benci, jangan pernah mencoba untuk melupakannya. Sebab hal itu hampir tidak mungkin, jika tidak bisa dibilang mustahil. Kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan biasanya lebih berbekas daripada yang membahagiakan. Semakin kita ingin melupakannya, maka semakin kuat ingatan itu di kepala kita.

Ketika kita ingin menyelesaikan masalah, kita harus memahami masalahnya terlebih dahulu. Jika kita ingin berdamai dengan masa lalu, maka kita harus memahami masa lalu kita. Jika kita menolak hal-hal yang terjadi, bagaimana bisa kita tahu caranya untuk berdamai? Seperti halnya kita ingin berdamai dengan seseorang, tapi tidak ingin tahu orangnya.

Mungkin ini adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Namun hal ini adalah gerbang awal yang bisa membuka jalan untuk berdamai. Hal ini harus dilalui untuk mendapatkan ketenangan di kemudian hari. 

 

2.    Menerima Semua Perasaan yang Dirasakan

Perasaan yang tidak menyenangkan pasti hadir bersama dengan kepahitan yang terjadi di masa lalu. Itu memang indikasi bahwa kita belum berdamai dengannya. Masih ada amarah saat mengingat orang yang menyakiti kita. Masih ada rasa sedih ketika mengingat peristiwa perpisahan atau kehilangan. Masih takut ketika mengingat kejadian yang menyeramkan. Meski kejadiannya sudah berlalu sekian lama.

Ketika perasaan-perasaan itu hadir, hati kita tidak enak. Bahkan bisa sampai berdampak kepada fisik kita. Berkeringat, mual, sakit kepala dan lain sebagainya. Namun tidak perlu melawannya. Justru kita harus merasakan kehadirannya serta menerimanya. Pahami apa yang sedang kita rasakan. Layaknya kita sedang kedinginan, semakin kita menegangkan tubuh kita maka semakin menusuk pula rasa dingin itu. Namun jika kita sedikit melemaskan badan, menerima rasa dingin itu, pelahan-lahan tubuh kita menyesuaikan diri dengan rasa dingin tersebut. Begitu pun dengan perasaan, saat ia hadir, rasakan saja, kenali, biarkan kita menerima kehadirannya.

Yang tak kalah penting dalam proses penerimaan perasaan ini adalah mengekspresikannya. Emosi adalah dorongan dalam diri yang jika tidak disalurkan akan menumpuk, dan hanya menunggu waktu untuk meledak. Mengekspresikan emosi lewat menangis, bercerita kepada orang yang bisa dipercaya, menulis, menggambar atau kegiatan lainnya. Hanya memang perlu diingat, kita harus paham situasi dan kondisi. Jangan sampai kita mengeluakan emosi kita di tempat, waktu dan situasi yang tidak tepat.

Alangkah lebih baik meluangkan waktu khusus untuk hal ini. Misal di malam hari sebelum tidur sempatkan untuk menuliskan buku harian atau apapun yang dirasakan. Atau, jika kamu seorang muslim, sambil melaksanakan shalat malam, ambil waktu untuk merenung dan merasakan emosi yang kamu rasakan. Biasanya malam hari memang waktu yang sangat kondusif untuk “me time”. Suasananya hening, dan kita biasanya tidak terlalu terbebani dengan tugas, pekerjaan atau tanggung jawab lainnya.

 

3.    Mengubah Persepsi dan Mengambil Hikmah

Setelah kita bisa mengakui dan menerima perasaan yang hadir, memahami kejadian-kejadian yang dialami, selanjutnya coba kita lihat kejadian-kejadian tersebut dari sudut pandang yang lain. Segala peristiwa yang terjadi di masa lalu pasti tidak akan bisa kita ubah. Sebab semuanya sudah terjadi. Namun kita bisa mengubah efeknya dalam kehidupan kita hari ini dan seterusnya, dengan mengubah cara kita memandangnya.

Selalu ada dua sisi mata uang. Selalu ada keburukan dan kebaikan dalam segala hal. Selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa paling pahit pun. Kehidupan yang tak mudah mengajarkan kita untuk menjadi orang yang lebih tangguh. Kehilangan mengajarkan kita agar bisa berlapang dada. Kegagalan mungkin mengarahkan kita pada jalan lain yang lebih baik. Jika ada orang yang menyakiti kita mungkin menunjukkan bahwa memang tidak baik jika kita berada di dekatnya. Jika kita ditinggalkan oleh seseorang, mungkin dia bukan yang terbaik yang Tuhan siapkan untuk kita.

Kita harus jeli dalam menelisik makna serta hikmah di balik segala peristiwa. Jika yang kita ingat hanya rasa sakit dan amarahnya, kita hanya menyiksa diri kita. Namun jika kita bisa mengambil hikmah dan bisa mensyukuri segala yang terjadi dalam hidup kita, kita memiliki pelajaran berharga sebagai bekal untuk menjalani kehidupan. Dengan mensyukuri segala yang terjadi dalam hidup, maka dari sanalah datang kebagahiaan serta ketenteram.

 

4.    Percaya Diri dan Bertanggung Jawab untuk Hidup Kita Sendiri

Manusia adalah makhluk yang dinamis serta pembelajar. Manusia diberikan kemampuan beradaptasi yang luar biasa. Percayalah, jika seseorang pernah terpuruk, tak berarti selamanya dia akan begitu. Jika dulu kita merasa menjadi orang yang buruk, percayalah kita bisa berubah. Kita memiliki akal dan nurani, sesuatu yang tak Tuhan berikan kepada makhluk lainnya. Masa lalu yang kelam tak akan menjadikan hidup kita selamanya suram, jika kita mau belajar dan memperbaikinya.

Banyak orang yang tak bisa berdamai dan masih terbelenggu dari kisah masa lalu karena memposisikan dirinya sebagai korban, sebagai orang yang lemah. Seakan-akan dia tak pernah punya pilihan. Mungkin bisa jadi, dulu kita tak bisa memilih. Katakanlah dulu, misalnya, kita masih anak kecil yang belum paham apa-apa. Namun lihatlah lagi, apakah hari ini kita pun masih menjadi orang yang sama? Dalam situasi yang sama?

Mulailah untuk percaya pada diri sendiri dan mengambil tanggung jawab atas hidup kita sendiri. Bertanggung jawab untuk memilih ingin menjadi apa, dan menjalani hidup yang bagaimana.

 

5.    Meminta Dukungan Pada Orang yang Tepat

Kita memang harus bertanggun jawab atas diri kita sendiri. Namun bukan berarti kita harus selalu menanggung beban kita sendirian. Kita pasti memiliki batas, dan pada batas itu kita membutuhkan orang lain. Dan tentu itu bukan sesuatu yang buruk. Bahkan malah buruk jika kita terus berkutat dengan masalah kita sendirian dan tak mau meminta bantuan, hingga masalahnya tidak selesai-selesai.

Dukungan di sini bisa kita cari baik dari orang terdekat, yang bisa kita percayai, atau profesional. Pada kasus tertentu, kita mungkin butuh bantuan profesional untuk membantu kita berdamai dengan masa lalu.

 

6.    Berdoa kepada Tuhan

Dan yang terpenting adalah jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Tuhan. Dia-lah yang memberikan kita kehidupan. Dia yang memberikan kita ujian. Dia yang Maha Kuasa atas segalanya. Mohonlah kepada-Nya agar selalu menguatkan kita.

Penutup

Itulah beberapa cara yang mungkin bisa membantu kita agar bisa berdamai dengan masa lalu. Itu cara yang penulis gunakan untuk lepas dari bayang-bayang masa lalu. Hanya sebuah referensi yang semoga bermanfaat. Mungkin masih ada banyak cara lainnya.

Kita boleh saja sesekali menengok ke belakang. Untuk menjadikannya pembelajaran, atau membuat kita menyadari bahwa kita sekuat itu. Masa lalu adalah bagian dari hidup kita, dari diri kita. Ia harus kita terima. Semoga segera selesai apa-apa yang belum selesai. Agar kita lebih ringan dalam melangkah hari ini dan menatap masa depan.

Semangat!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untitled #4

Apakah Ada Kata Terlambat?

Hidup Kita adalah Tanggung Jawab Kita Sendiri