Nil Battey Sannata: Orang Miskin Juga Berhak Bermimpi!

    Hari ini aku mau berbagi soal film India berjudul “Nil Battey Sannata”. Sebenarnya film ini sudah aku ketahui dari waktu aku kuliah. Temanku yang memberi tahu. Namun dulu aku belum tertarik untuk menonton. Tadi pagi ketika aku sedang membuka-buka folder di komputer, untuk mencari ide tentunya, aku menemukan film ini.

Aku gak bisa bahasa India, jadi untuk mengetahui arti Nil Battey Sannata, aku meminta Google mencarikan artinya untukku. Dan ternyata Google mempertemukanku dengan Wikipedia. Menurut Wikipedia, terjemahan dari Nil Battey Sannata ini adalah zero devided by zero means nothing. Namun dalam terjemahan dari film yang aku tonton (diterjemahkan oleh: S. Mustaqim Ibrahim) artinya “yang lebih membutuhkan pertolongan”. Ya intinya mungkin seperti tidak ada apa-apanya, nothing, payah. Sepertinya kalian akan memahami maksudnya jika sudah menonton filmnya. Atau setelah membaca sinopsis yang akan aku tulis ini.

Sinopsis.

Chanda Sahay adalah seorang ibu, single parent, yang memiliki seorang anak perempuan bernama Apeksha Sahay (yang biasa dipanggil Appu). Chanda bekerja sebagai pembantu di rumah serorang dokter bernama Ny. Deewan. Setelah bekerja di rumah Ibu Deewan, dia juga bekerja di pabrik sepatu hingga malam. Selain untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, dia melakukan itu semua demi mengumpulkan biaya pendidikan untuk Appu.

Namun, di awal cerita ditunjukkan bahwa Appu ini anak yang malas. Ibunya harus selalu membangunkannya agar dia tak telat ke sekolah. Meskipun, Appu tetap saja datang terlambat ke sekolah. Termasuk saat hari pertama dia masuk kelas 10.

Di sekolah, Appu memiliki 2 teman yang sama-sama malasnya, Sweaty (perempuan) dan Pintu (laki-laki). Temannya, Pintu, mengatakan dia akan lebih giat belajar bahasa Inggris untuk menjadi sopir. mobil ber-AC di Mumbai. Dia ingin menjadi sopir karena bapaknya pun seorang sopir.

Suatu malam sebelum tidur, Appu menceritakan tentang apa yang dikatakan oleh Pintu. Kemudian Chanda menanyakan kepada Appu, apakah cita-citanya di masa depan? Appu bilang ia ingin menjadi pembantu. Chanda tentu terkejut dan bertanya mengapa Appu inign menjadi pembantu. Appu menjawab, “anak insinyur menjadi insinyur, anak dokter menjadi dokter. Anak pembantu, jadi apa lagi? Simpel, kan?”

Chanda tentu tak terima. Ia tidak ingin anaknya menjadi sepertinya. Sebab ia betul-betul memahami bagaimanakah bekerja sebagai pembantu. Ia ingin anaknya bisa hidup lebih baik. Kemudian Chanda curhat kepada Ny. Deewan mengenai pemikiran anaknya itu. Dan sepaham dengan Chanda, Ny. Deewan juga bilang kalau itu pemikiran yang salah. Chanda juga mengutarakan kekhwatirannya jika Appu tidak mampu melalui ujian kelulusannya. Namun Ny. Deewan bilang kalau Appu harus lulus dari kelas 10 bagaimanapun caranya. Sebab ketika seseorang gagal di kelas 10, maka ia akan berhenti belajar selamanya. Chanda, contohnya, kata Ny. Deewan.

Kemudian Ny. Deewan merekomendasikan untuk mengikutkan Appu bimbel di tempat bimbel kenalannya. Dan Chanda pun mendatangi tempat bimbel tersebut. Namun tentu saja biaya bimbel itu mahal dan mereka memberikan diskon kepada siswa yang nilai ujiannya di atas 75%. Sedangkan nilai Appu hanya 47%. Namun karena yang merekomendasikan adalah Ny. Deewan, Chanda diberikan tawaran khusus. Jika nilai Appu bisa di atas 50% di UTS, maka dia bisa mendapatkan diskon. Namun dengan kondisi Appu, akan sangat sulit untuk mencapainya.

Lalu Chanda curhat lagi kepada Ny. Deewan. Chanda bilang andai saja dia mengerti pelajaran Appu, dia yang akan mengajari Appu sendiri. Sayang, ketika membaca buku pelajaran Appu, tak ada yang Chanda mengerti. Saat itulah Ny. Deewan menyarankan Chanda untuk ikut bersekolah di sekolahnya Appu. Selain untuk belajar, dengan bersekolah di sekolahnya Appu, menurut Ny. Deewan Appu juga mungkin bisa bersikap lebih baik jika ada ibunya.

Singkat cerita, ny. Deewan membantu pendaftaran ke sekolah sebab beliau kenal dengan kepala sekolahnya. Meskipun awalnya kepala sekolah berat untuk mengizinkan sebab kesulitan tentang regulasi, tapi dengan tekad yang ditunjukkan oleh Chanda, kepala sekolah pun luluh dan membantunya. Akhirnya Chanda bisa bersekolah. Dengan tetap bekerja, tentunya. Baik di rumah Ny. Deewan maupun pekerjaan lainnya.

Ketika mengetahui hal tersebut, tentu Appu kesal sebab ia malu jika teman-temannya tahu bahwa ibunya akan bersekolah di sekolahnya. Namun keesokan harinya ibunya tetap datang. Ibunya bilang jika Appu ingin ibunya berhenti datang ke sekolah, dia harus mengalahkan nilai matematika ibunya. Sejak saat itu Appu pun mulai giat belajar dan mendapatkan nilai yang bagus. Namun semua itu ia lakukan hanya agar ibunya berhenti ke sekolah.

Suatu hari, Appu mendapatkan tugas untuk menulis essay mengenai impian. Namun dalam tugas itu Appu mengatakan bahwa orang miskin tak punya hak untuk bermimpi. Gurunya menegur dan mengatakan, “di antara semua wanita di muka bumi ini, mungkin hanya kamu satu-satunya yang tidak memiliki impian”. Dan itu menjadi sebuah tamparan yang sangat keras bagi Appu.

Di sekolah, Chanda belajar dibantu oleh Amar, seorang anak yang pintar matematika di kelas tersebut. Amarlah yang menunjukkan kepada Appu bahwa ibunya bekerja keras. Amar mengajak Appu untuk melihat di mana dan bagaimana ibunya bekerja keras demi menyekolahkannya. Appu selama ini berpikir bahwa ibunya memaksakan impiannya kepadanya. Namun Amar yang menyadarkan Appu, bahwa ibunya hanya ingin yang terbaik untuk Appu. Amar bilang, “ibumu bukan memaksakan impiannya kepadamu. Tapi kamulah impiannya.”

Akhirnya Appu memutuskan untuk memiliki impian. Setelah lulus, Appu mengikuti ujian UPSC (semacam ujian CPNS begitu mungkin ya). Dan ibunya menjadi seorang pengajar matematika untuk anak-anak tidak mampu.

Hikmah

Kemiskinan mungkin memang bisa membuat seseorang menjadi pesimis dan inferior. Bagaimana tidak, jangankan memikirkan masa depan ataupun besok. Orang yang kekurangan masih harus berkutat memikirkan bagaimana ia mendapatkan makanan hari ini. Mereka harus bejibaku dengan perjuangannya mendapatkan sesuap nasi dari hari ke hari.

Namun tidak dengan Chanda. Meskipun dia miskin, tapi dia memiliki impian, yaitu ingin anaknya tidak memiliki nasib sepertinya. Dalam sebuah adegan, Chanda mengatakan, “sebenarnya, mereka yang tidak punya impian, adalah yang sangat miskin”. Dan bukan hanya beretorika, Chanda benar-benar berjuang mewujudkan impiannya.

Film ini mengajarkan kepada kita bahwa bermimpi adalah hak semua orang. Dan bermimpilah yang tinggi. Jangan cukup puas dengan berada di zona nyaman. Jangan mudah pasrah kepada keadaan. Impian setinggi apapun bisa terwujud, jika memang kita berjuang dan pantang menyerah mencari jalan untuk menuju impian tersebut.

Ada sebuah dialog yang sangat aku suka dari film ini, ketika di akhir film Chanda menasehati Appu.

Tahu tidak, tidak ada salahnya gagal. Yang salah adalah menerima kegagalan tanpa berjuang. Selalu ingat satu hal. Impianmu, bagaimanapun, adalah milikmu. Banyak orang yang akan menertawaan impianmu. Biarlah mereka terus tertawa. Mereka tidak akan sanggup menggapai mimpimu. Ada beberapa orang yang akan mengerti mimpimu. Dekatlah dengan mereka. Mereka akan menjaga impianmu tetap hidup. Kamu akan menghadapi kegagaln di tengah jalan. Itu pasti. Namun selalu ingat satu hal. Jika ada impian yang menemanimu, tidak ada kegagalan yang berlangsung selamanya. Jangan sampai impianmu meninggalkanmu. Kau tahu kenapa? Karena seandainya ada sesuatu yag harus dicapai dalam hidup ini, itu adalah impian kita. Dan tidak ada yang bisa mengambilnya dari kita.

Yang membuat haru dari film ini adalah perjuangan Chanda sebagai seorang ibu, yang melakukan segalanya demi yang terbaik untuk anaknya. Meskipun anaknya beberapa kali menyakitinya, namun seorang ibu akan selalu memaafkan. Bahkan menyalahkan dirinya sendiri, jika anaknya berbuat salah. Tangisku pecah ketika di akhir film tertulis “For God’s most beautiful creation, MOTHER”.

Mungkin aku tidak terlalu bisa menceritakan soal sinopsisnya, jadi sisi emosionalnya kurang terasa. Namun jika menontonnya sendiri, hatiku serasa diobrak-abrik. Di beberapa adegan, aku meneteskan air mataku. Film ini recommended banget sih menurutku 😊.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untitled #4

Apakah Ada Kata Terlambat?

Hidup Kita adalah Tanggung Jawab Kita Sendiri