Postingan

Last But Not Least

Hari ini adalah hari terakhir posting harian untuk rekrutmen ODOP batch 8. Setelah gagal tahun lalu, bisa berhasil menuntaskan tantangan menulis selama 2,5 bulan ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Meski tentu saja tulisanku masih jauh dari kata “bagus”. Namun konsistensi untuk menulis tanpa henti selama 2,5 bulan merupakan sesuatu yang patut diapresiasi.  Aku ucapkan selamat untuk semua teman-teman yang juga telah berhasil menyelesaikan tantangannya. Entah itu squad blog, IG maupun FB. Kalian keren! Hanya tinggal selangkah lagi kita resmi menjadi bagian dari keluarga Komunitas ODOP. Iya, tinggal posting hari ini dan menyelesaikan naskah antologi. Oh iya, bayar utang juga bagi yang punya, hihihihi. Tetap semangat, jangan kasih kendor guys!  Selama masa rekrutmen ini aku merasa sangat beruntung sebab bisa bertemu dengan komunitas kece. Yang banyak prestasinya dan gak ragu-ragu untuk membagi ilmu dan motivasi. Anggota-anggota dan calon-calon anggotanya juga menginspirasi. Guyonan

Senandika Untukmu

Kamu bilang maaf. Karena kamu tak bisa seperti laki-laki lain. Yang bisa mengajak makan di restoran mewah. Sedangkan kita hanya makan seblak, mie, bakso atau bakwan. Sambil menonton anime atau drakor di rumahku seharian. Kamu bilang maaf. Karena tak seperti laki-laki lain. Yang mengabari setiap waktu. Chat atau telpon berjam-jam. Sedangkan kamu selalu sibuk. Chat kita bisa dihitung jari dalam sehari. Kita hanya bertemu sekali dalam satu minggu. Itu pun, terkadang kamu masih bejibaku dengan pekerjaanmu. Kamu bilang maaf. Sebab kamu tak seperti laki-laki lain. Yang membelikan barang-barang branded. Sedangkan kamu hanya bisa memberiku dukungan terhadap apapun yang aku lakukan. Kamu selalu meminta maaf. Sebab kamu merasa, belum bisa jadi orang yang aku banggakan. Hey, aku tak pernah sedikit pun membandingkanmu dengan laki-laki lain yang kamu sebutkan itu! Aku tak pernah sedikit pun merasa iri pada teman-temanku yang kamu bilang itu. Aku bahagia dengan segala hal yang kamu lakukan selama ki

Baper

 Baper, alias "bawa perasaan".⁣ Sebuah frasa yang tidak salah sebenarnya, tapi kecenderungan memiliki makna negatif. ⁣ ⁣ Contoh penggunaannya misalnya: "Bercanda doang, baper amet," ketika seseorang mengejek temannya (yang dia rasa adalah candaan) dan temannya merasa tersinggung. Ayo, apa kesan yang kamu tangkap dari kalimat tersebut? Menurutku, seperti meremehkan perasaan orang yang tersinggung itu. ⁣ ⁣ Memangnya, manusia itu cuma punya akal? Ya jelas tidak dong! Manusia kan juga punya hati, punya perasaan. Ya wajar jika dia bisa merasa. Perasaan diciptakan pasti ada fungsinya. ⁣ Ya emang perasaan harus dibawa. Terutama ketika dalam kehidupan sosial. Ketika kita bicara dengan orang lain. Ketika kita lihat orang kesusahan. Ketika kita mau berbuat sesuatu sama orang. Akal dipakai, perasaan juga dipakai, untuk berempati. ⁣ Empati, kalo mau ngomong sama orang, ini bakal nyakitin dia ga ya? Gimana rasanya kalau kita ada di posisi dia? Ketika kita lihat orang kesusahan,

Meminta Maaf tanpa Pembelaan

 “Aku minta maaf ya. Aku kayak gitu soalnya bla bla bla bla…”⁣ “Maaf ya kalau kamu tersinggung, tapi aku juga cuma bla bla bla…”⁣ “Maaf ya aku melakukan itu. Lagian waktu itu kamunya juga bla bla bla…”⁣ Bisakah kita meminta maaf dengan tulus? Tanpa pembelaan, tanpa “tapi”? Jika kamu menyadari kesalahanmu, maka akui saja dan katakan, “saya minta maaf,” titik.  Jika memang benar-benar menyadari dan mengakui bahwa kamu salah, terlepas dari apapun alasannya, kamu tetap salah. Karena itulah, kamu meminta maaf.  Jika masih menyisipkan kalimat pembelaan, apakah kamu mengakui jika kamu salah? Jika memang tidak merasa bersalah, untuk apa mengucapkan maaf? Jika hanya di bibir, tanpa makna, untuk apa diungkapkan? Mungkin memang dalam suatu persolan kamu tidak salah sepenuhnya, karenanya kamu melakukan pembelaan. Maka minta maaflah pada hal-hal yang memang kamu akui bahwa itu adalah kesalahanmu. ⁣ “Maaf ya, aku salah soal bla bla bla bla…”⁣ “Kondisinya saat itu bla bla bla. Dan aku salah karena bl

If You Ask Me

if you ask me, how it feels when the wind blows and touch the skin come and sit here with me,⁣ then feel the blow of the same wind with me. ⁣ if you ask me, how is the smell of the air here come and stand here with me,⁣ then swallow the same air with me.⁣ ⁣ if you ask me how the taste of the water come and follow me,⁣ then let your tongue taste the same water with me. ⁣ but if you ask how my life goes I won't tell you to live the same life with me 'cause to understand it, you just have to open your ears, your eyes, your mind and heart. That's enough.⁣

Menulis untuk Akal Sehat

Gambar
“Menulis untuk Akal Sehat ala Dahlan Iskan dan Azrul Ananda,” begitu bunyi judul dari sebuah podcast yang aku temui di kanal YouTube Dahlan Iskan, “DIS Way”. Salah satu kanal YouTube yang aku ikuti podcast-podcastnya beberapa minggu belakangan. Meskipun sejak beberapa tahun lalu juga aku sudah mengikuti artikel-artikel yang ditulis Abah—panggilan Dahlan Iskan-dalam situs webnya, www.disway.id . Namun baru beberapa minggu belakangan ini mencoba menengok kanal YouTube Abah. Dalam podcast tersebut, Abah berbincang dengan anak laki-lakinya, Azrul Ananda yang merupakan seorang jurnalis juga, seperti dirinya. Selain juga pernah menjabat sebagai CEO Jawa Pos—menggantikan Abah-dan sempat menjabat sebagai Presiden Persebaya. Azrul sendiri sejak SMA merupakan seorang siswa pertukaran pelajar yang bersekolah di Ellinwood, Kansas, Amerika Serikat. Kemudian ia melanjutkan studinya di Universitas Negeri California jurusan International Marketing. Sebagai dua orang jurnalis, yang pekerjaannya a

Hidup Kita adalah Tanggung Jawab Kita Sendiri

Choi Yi-han: "Masyarakat dan sekolah bahkan tidak tertarik pada Lee Ho Jin yang dibesarkan oleh orang tua seperti itu. Boleh dibilang, mereka membuat seorang pembunuh." Yoon Ji-hoon: "Setiap orang punya iblis kecil dalam diri mereka. Jadi, hanya kita sendiri yang bisa menghentikannya. Lee Ho Jin membuat keputusan yang salah." Itu adalah kutipan dialog sebuah scene  dalam drama korea “Sign” (싸인), episode 18, yang dirilis pada tahun 2011. Sign adalah drama tentang dunia kedokteran forensik. Drama ini menceritakan tentang seorang dokter forensik hebat yang sangat idealis, Yoon Ji-hoon (diperankan oleh Park Shin-yang), yang sangat berpegang teguh kepada kebenaran objektif. Dia tidak memikirkan kekuasaan  dan sama sekali tidak bisa disogok. Pada episode 19 itu menceritakan akhir dari sebuah kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seorang pembunuh berantai bernama Lee Ho-jin. Lee Ho-jin yang membenci orang tuanya karena meremehkannya dan tak pernah memperhatikannya,