Menulis untuk Akal Sehat

“Menulis untuk Akal Sehat ala Dahlan Iskan dan Azrul Ananda,” begitu bunyi judul dari sebuah podcast yang aku temui di kanal YouTube Dahlan Iskan, “DIS Way”. Salah satu kanal YouTube yang aku ikuti podcast-podcastnya beberapa minggu belakangan. Meskipun sejak beberapa tahun lalu juga aku sudah mengikuti artikel-artikel yang ditulis Abah—panggilan Dahlan Iskan-dalam situs webnya, www.disway.id. Namun baru beberapa minggu belakangan ini mencoba menengok kanal YouTube Abah.

Dalam podcast tersebut, Abah berbincang dengan anak laki-lakinya, Azrul Ananda yang merupakan seorang jurnalis juga, seperti dirinya. Selain juga pernah menjabat sebagai CEO Jawa Pos—menggantikan Abah-dan sempat menjabat sebagai Presiden Persebaya. Azrul sendiri sejak SMA merupakan seorang siswa pertukaran pelajar yang bersekolah di Ellinwood, Kansas, Amerika Serikat. Kemudian ia melanjutkan studinya di Universitas Negeri California jurusan International Marketing.

Sebagai dua orang jurnalis, yang pekerjaannya adalah menulis, dalam podcast tersebut ayah dan anak ini membicarakan tentang menulis. Sudut pandang yang diangkat menurutku menarik. Seperti judulnya, menurut Abah dan Azrul, menulis (yang benar) akan membantu “membenahi” akal sehat. Menurut Azrul, kegiatan menulis bukan hanya berkata-kata semata. Ada sebuah gagasan yang diutarakan dan kita harus memiliki argumentasi mengapa gagasan itu menjadi sebuah kesimpulan. Oleh karena itu, saat kita menulis, kita dituntut untuk menata struktur berpikir kita terlebih dahulu, agar tulisan kita menjadi runtut dan logis.

Sebenarnya kesimpulan seperti itu datang dari pertanyaan Abah di awal podcast. Abah bertanya, mengapa umumnya orang yang lulusan Amerika kemampuan menulisnya bagus? Azrul, yang sejak SMA dididik dengan kurikulum pendidikan di Amerika, menjelaskan bagaimana para pelajar dan mahasiswa di sana belajar menulis. Dan ini yang barangkali bisa menjawab pertanyaan Abah tadi.

Di Indonesia, yang dipelajari dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia kebanyakan adalah teori. Teori tentang tata bahasa, cara menulis awalan & akhiran, tanda baca, yang kebanyakan adalah hapalan dan minim aplikasi. Sedangkan di Amerika, jika ada mata pelajaran Bahasa Inggris yang dipelajari adalah dasar-dasar menulis. Teori-teori tentang tata bahasa dan penulisan langsung diaplikasikan ke dalam tulisan. Oleh karena itu, di sana siswa SMA dituntut untuk mampu menulis sebuah essay dengan baik dan benar.

Begitu masuk universitas, kemampuan menulis itu ditingkatkan lagi. Jika mungkin sebelumnya harus bisa menulis essay sederhana, maka di universitas harus bisa menulis resensi dengan teori yang lebih berat lagi. Azrul bercerita juga ada mata kuliah yang tugasnya meresensi teori filsafat. Tentu hal ini akan sangat menuntut kita untuk berpikir secara filosofis dan logis. Bahkan ada kelas yang membahas mengenai cara menganalisis seseorag berbohong atau tidak dari struktur bahasanya. Pembiasaan-pembiasaan semacam itulah yang bisa membentuk kemampuan menulis pelajar dan mahasiswa di sana. Bahwa dengan menulis, secara tidak langsung mereka ikut tertuntut untuk memaksimalkan kemampuan berpikirnya.

Kurikulum seperti itulah yang tidak kita miliki dalam pendidikan kita di Indonesia. Sehingga, sampai tingkat mahasiswa pun masih belum terbiasa untuk berpikir secara terstruktur dan logis. Menurut Azrul dan Abah, jika saja para pelajar dan mahasiswa diajari menulis yang benar, maka hal tersebut dapat membenahi struktur berpikirnya. Sebab, dengan menulis, kita harus berpikir terlebih dahulu mengenai gagasan apa yang akan kita utarakan. Dan yang terpenting adalah argumentasi, mengapa gagasan itu muncul.

Para pelajar dan mahasiswa adalah penerus bangsa ini. Mereka yang akan melanjutkan kehidupan di negeri ini. Jika struktur berpikirnya sudah baik, maka itu juga akan memperbaiki struktur berpikir masyarakat secara umum.

Poin itu barangkali yang sangat aku soroti. Bahwa menulis adalah cara untuk selalu melatih akal sehat untuk bekerja. Sebenarnya banyak hal detail yang di bahas dalam podcast tersebut yang tidak aku tuliskan di sini. Jika tertarik untuk mendengarkan, bisa langsung saja tonton videonya di bawah ini.


Semoga tulisanku hari ini bermanfaat, ya 😊

Komentar

  1. Hwah saya termasuk yang mengagumi Bapak Dahlan Iskan, tapi baru ngeuh kalau beliau punya podcast :)

    Setuju banget kalau nulis itu bisa menjaga kewarasan, Alhamdulillah bisa bertemu dengan ODOP dan teman-teman yang memberi support system yang luar biasa.
    Hatur nuhun teh vera untuk artikelnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untitled #4

Apakah Ada Kata Terlambat?

Hidup Kita adalah Tanggung Jawab Kita Sendiri