Innaalillaahi Wa Innaa Ilaihi Raaji'uun

"Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." Pasti sudah tak asing dengan kalimat berbahasa Arab ini. Terutama bagi seorang muslim. Jika tak diucapkan ketika ada orang yang meninggal, kalimat ini diucapkan saat terjadi bencana. Bagi saya, makna kalimat ini sangat dalam. Ia bukanlah sekedar ungkapan simpati atau bela sungkawa. Melainkan sebagai sebuah pengingat dan alarm yang luar biasa, saat saya mulai merasa terlalu memiliki atau kehilangan sesuatu ataupun seseorang.

"Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nya lah kami akan dikembalikan." Begitulah kira-kira artinya. Kalimat yang berisi sebuah kesadaran dan pernyataan bahwa manusia tak memiliki apa-apa. Kita ini tak memiliki siapa-siapa. Sebab bahkan diri kita pun adalah hanya milik Allah semata.

Saya pernah mendengar sebuah cerama di televisi. Saat itu membahas mengenai rezeki. Saya tidak hapal persis teksnya bagaimana. Yang saya ingat ustadz yang mengisi acara itu menyampaikan: rezeki kita adalah yang habis kita makan dan rusak kita pakai. Beliau kemudian mencontohkan, misal baju yang kita gunakan adalah rezeki kita jika baju itu kita terus pakai hingga ia tidak bisa dipakai lagi. Kita memiliki banyak makanan di meja makan. Tapi yang betul-betul rezeki kita adalah yang masuk mulut, yang kita konsumsi.

Dari penjelasan beliau saya semakin menyadari bahwa bahkan yang kita anggap akan menjadi pemberian Allah untuk kita, belum tentu memang untuk kita. Apalagi menjadi milik kita. Jodoh, misalnya (eh, aduh berat ini, hehehe). Ada orang yang memang sekali kenal, berkomitmen, menjalani rumah tangga dan hidup hingga akhir hayat bersama jodohnya. Ada orang yang ternyata hanya "menjaga jodoh orang lain" (huhuhu sedih), kemudian bertemu dengan jodohnya. Ada yang bahkan hingga menikah, tapi entah dengan cara bagaimana tetap berpisah dengan orang yang dianggap sebagai jodohnya.

Karena itu, saya pribadi ketika sedang menjalin hubungan dengan seseorang, saya selalu menanamkan dalam diri saya bahwa pada hakikatnya saya ini tidak memiliki apa-apa, tidak memiliki siapa-siapa. Begitu pun juga ketika saya memiliki barang baru, saya selalu menanamkan perkataan ustadz itu dalam benak saya. Bahwa yang benar-benar rezeki kita adalah apa-apa yang rusak kita pakai dan habis kita makan. Tentunya yang didapat dengan cara yang halal, ya. Itu penting dan mendasar. Dengan begitu juga inshaaAllah akan melindungi kita dari sikap "terlalu cinta." Dan tidak akan merasa terlalu kehilangan, saat memang semua yang "kita miliki" tak lagi ada dalam genggaman kita.

Bukankah segala sesuatu di dunia ini pada hakikatnya bukanlah milik kita? Karenanya, kita harus selalu siap untuk melepaskan apa-apa yang sejatinya bukan untuk kita. "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kita akan dikembalikan.

Komentar

  1. Yang sabar ya mba vera *loh...kalau berjodoh in syaa allah akan digantikan dengan pemuda lain yang jauh lebih baik...aammmiiinnn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya Mbaa... aamiinnn Makasih 😊😊

      Hapus
  2. Tulisan rapi, suka bacanya, mengalir & pesannya mudah dimengerti.

    πŸ‘

    BalasHapus
  3. Kita sama2 berada di odop7, aq di grup Tokyo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahh, salam kenal yaa.. Terima kasih sudah berkunjung ☺️

      Hapus
  4. Terima kasih pengingatnya, Mbak Vera. Jleb banget itu di bagian akhir.

    BalasHapus
  5. Antara bencana dan kematian ada Innaliahi wa innalilahirojiun

    BalasHapus
  6. Bahkan jasad yang terlihat sebagai diri kita ini hanyalah titipan dari-Nya πŸ₯Ί

    BalasHapus
  7. Isinya berbobot tapi penyampaiannya ringan.. saya suka, mengingatkan teman satu grup di Valletta, Yuli 😁


    Salam kenal, Kak πŸ’

    BalasHapus
  8. Melindungi diri dari terlalu cinta...duh, benar banget itu memang salah satu ujian yang nggak mudah...thanks for reminding me, kak. Salam hangat dari Valetta 😊

    BalasHapus
  9. karena innanillahiwainnailaihirajiun bukan hanya untuk orang yang meninggal tapi juga untuk musibah. musibah cinta adalah salah satunya. kayaknya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untitled #4

Apakah Ada Kata Terlambat?

Hidup Kita adalah Tanggung Jawab Kita Sendiri