Untitled #1

Meski tak semua orang bisa melihatnya, tapi aku bisa. Setiap aku melihat kedua bola matamu. Juga senyum di bibirmu.


Luka itu, yang kau simpan jauh di dasar hatimu. Yang sekuat tenaga coba kau kubur. Memang hampir tak terlihat lagi. Namun sejatinya ia tak pernah pergi.

Kau tak pernah menunjukkan air mata di depan manusia lainnya. Kau bilang, air matamu, hanya Tuhan yang boleh melihatnya. Ketegaranmu membuatku kagum. Namun iba pada waktu yang sama.

Suara tawamu lebih terdengar seperti tangisan untukku. Jeritan sukma yang meminta bantuan. Memohon untuk dibebaskan dari jelatan tali, yang mengikat kaki. Yang membuatmu tak pernah beranjak dari tempat yang sama.

Kau masih terdiam di sana. Menatap punggung orang-orang yang telah jauh melangkah. Tertinggal. Kesepian.

Haruskah aku ke sana? Membuka jerat yang menahanmu? Namun, bisakah aku melakukannya?

Sedang aku pun masih tertatih menyembuhkan lukaku sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untitled #4

Apakah Ada Kata Terlambat?

Kendali