Mencintai Kopi Tanpa Gengsi


Kopi tetaplah kopi. Digiling ataupun digunting. Tak usah diributkan. Tak usah saling mencibir.

Kopi tetaplah kopi. Americano? Espresso? Macchiato? Latte? Cappuccino? Affogato? Atau sesederhana menyeduhnya dengan air panas. Terserahlah, minumlah dengan cara yang kamu mau dan kamu mampu. Tak usah dirisaukan.

Kopi tetaplah kopi. Robusta? Arabica? Arabusta? Itu semua hanya soal selera. Terserahlah saja. Asalkan kamu senang menikmatinya.

Minum di café bergengsi ataupun di giras. Di rumah, di kantor, di sekolah. Tak soal. Di mana pun, asal kamu nyaman. Tak usah saling merendahkan.

Selama kau menikmatinya. Selama kau bahagia ketika meminumnya... kita sama. 

Ah... kenapa manusia senangnya mencari perbedaan? Di kala kita bisa mencari persamaan? Kenapa mencari alasan untuk bercerai, saat kita bisa bersatu?

Padahal bangsa ini bisa merdeka dari penjajahan kala semua rakyatnya bersatu. Dengan semangat yang sama, kita yang beratus tahun telah dijajah, pada akhirnya menunjukkan sebuah kekuatan luar biasa. Jadi kenapa, hanya sekadar soal kopi pun kita membeda-bedakan satu sama lain?

Oh, maaf. Ini hanya keresahanku yang mencintai kopi secara esensi. Yang menikmati kopi tanpa peduli pada gengsi.

Kamu tentu boleh untuk tak sepaham. Asal jangan lupa, kita tetap saudara sebangsa 🙂

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan

I'm (Not) A Teacher

Resensi Buku "Manajemen PIkiran dan Perasaan" Karya Ikhwan Sopa