Bersyukur Tanpa Melihat Ke Bawah

Katanya, agar mudah untuk bersyukur kita harus melihat orang yang lebih tidak beruntung dibandingkan kita. Sekilas mungkin hal itu baik-baik saja. Namun, jika kita berpikir seperti itu, kita harus selalu memiliki pembanding. Bagaimana jika kita berada di antara orang-orang yang lebih beruntung dari diri kita? Mampukah kita untuk tetap bersyukur?

Betul apa kata Taufik Aulia, bahwa bahkan jika orang lain lebih beruntung, tugas kita adalah tetap untuk bersyukur. Kita bisa kok bersyukur tanpa harus membandingkan dengan orang lain. Bukankan apa-apa yang ada dalam diri kita sendiri adalah anugerahnya yang tak ternilai?

Raga yang diberikan-Nya, tak akan pernah bisa kita beli dengan uang sebanyak apapun. Oksigen yang setiap hari kita hirup dengan gratis, tak akan pernah bisa kita ciptakan sendiri, jika Dia tak mengawali menciptakannya. Cahaya matahari yang hangat tak akan kita rasakan jika hari ini kita tidak lagi berada di dunia. Bukankah diberikan hidup satu hari lagi saja sudah cukup agar kita bisa bersyukur?

Kita bisa kok, bersyukur tanpa harus melihat orang lain. Kita bisa bersyukur tanpa melihat penderitaan orang lain. Tidakkah rasa bahagia kita akan terkurangi jika melihat kesusahan orang lain? Tegakah kita mengucap syukur kepada Tuhan di saat kita melihat orang kesusahan. Meskipun, ya, kita bisa bilang bahwa rasa syukur itu adalah untuk kenikmatan yang kita dapatkan, bukan bersyukur atas penderitaan orang yang kita lihat. Bukankah itu sama saja, kita harus melihat kesusahan orang lain dulu baru bisa bersyukur?

Kawan, bersyukur itu mudah, seandainya kita mau. Bahkan, dari setiap kepahitan yang kita alami, selalu ada hikmah yang terselip. Seandainnya saja kita mau melihatnya dengan lebih jeli.

Bahagia itu sederhana, jika kita mau merasakannya. Melihat senyuman yang tulus dari orang-orang yang kita sayangi. Bahkan senyuman dari orang yang secara acak kita temui di jalan, bukankah bisa memberikan kita kehangatan? Melihat keindahan alam, langit yang betaburan di malam hari, bukankan itu juga memberikan kita rasa damai?

Berfokuslah pada apa-apa yang kita miliki. Bersyukurlah atas apa yang ada dalam diri kita. Tak perlu menunggu orang lain lebih menderita dibandingkan kita agar kita bisa lebih mudah bersyukur. 

Bersyukurlah atas semua anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Bukankah kita harus bersyukur atas yang ada pada diri kita? Bukan pada hal-hal yang tak didapatkan orang lain.

Maka semoga, kebahagiaan senantiasa menjadi miliki kita. Bahkan dalam hari yang paling gelap sekalipun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan

I'm (Not) A Teacher

Resensi Buku "Manajemen PIkiran dan Perasaan" Karya Ikhwan Sopa