Ya Sudahlah...

“Ketika mimpimu yang begitu indah

Tak pernah terwujud

Ya sudahlah…

Saat kau berlari mengejar anganmu

Dan tak pernah sampai

Ya sudahlah…”

(Ya Sudahlah, Bondan ft. Fade 2 Black)

Dulu, ketika mendengarkan lagu ini, salah satu teman SMK saya pernah bilang, “ini kok Bondan bikin lagu pesimis banget ya? Kayak orang yang gak punya harapan, gak punya daya juang gitu. Kan harusnya kalau mimpi gak terwujud, berusaha untuk wujudkan dong, Bang!” Begitu protesnya. Sekilas, saya juga hampir setuju. Kok kayak pasrah banget?

Namun, saya mencoba memahaminya lagi. Saya mendengarkannya lagi, sambil saya bayangkan realitas hidup yang saya alami sendiri maupun yang saya dapatkan dari cerita hidup orang lain. Saya pikir, saya punya sudut pandang lain soal “Ya Sudahlah” ini.

Berkaca dari pengalaman saya sejak kecil hingga sekarang. Masa kecil saya bisa dibilang cukup banyak lika-likunya, yang tidak bisa saya ceritakan detailnya. Tapi intinya, sejak kecil saya terbiasa untuk menghadapi realita bahwa tak semua yang saya ingin bisa terwujud. Dunia nyata tak selalu sesuai dengan gambaran ideal di kepala kita. Awalnya memang saya kesal. Tapi semakin lama, semakin saya sadar, memang begitulah hukum alamnya.

Manusia itu makhluk yang terbatas. Pasti ada hal-hal yang tak selalu bisa kita paksakan. Kita memang harus memiliki daya juang yang tinggi. Sikap yang optimis dan pantang menyerah. Kita harus mengerti bagaimana caranya berjuang. Namun menurut saya, yang sering kali luput adalah terkadang kita tidak tahu caranya untuk berhenti.

Optimis itu harus, tapi tetap realistis. Punya harapan dan cita-cita itu wajib, tapi melihat kenyataan juga tidak kalah wajibnya. Kita harus memahami, mana hal yang memang bisa diperjuangkan, mana yang tak bisa kita paksakan. Bagaimanapun, kita ini manusia yang punya batasan, baik dari dalam maupun luar diri kita. Terkadang, perjuangan terbaik yang bisa kita lakukan adalah merelakan.

Terkadang ada hal-hal yang hanya bisa kita “ya udah”-in aja. Berhenti mengejar sesuatu yang memang tidak bisa dipaksakan. Menciptakan harapan baru, perjuangan baru. Belajar untuk berdamai dengan kenyataan. Belajar untuk merelakan hal-hal yang memang bukan untuk kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan

I'm (Not) A Teacher

Resensi Buku "Manajemen PIkiran dan Perasaan" Karya Ikhwan Sopa