Puncak dan Perjuangan
“Pemandangan di sini indah, ya. Sesuatu yang biasanya terlihat ruwet, ternyata sangat bagus jika dilihat dari sini,” kata Arin seraya memandangi kelap-kelip lampu kota di bawah bukit yang dia injak.
“Karena itulah, aku selalu suka melihat dari atas. Kita bisa melihat sesuatu yang gak bisa kita lihat saat kita masih sama-sama di bawah,” timpal Rendra yang kemarin mengajaknya untuk mendaki Bukit Bintang ini.
Cukup lama mereka terdiam, menikmati suguhan keindahan yang masih bisa mereka rasakan, di antara penatnya pikiran dan hati. Menjalani hari-hari penuh tekanan dan kejaran deadline. Malam ini, udara Bandung terasa menyejukkan kepala dan hati mereka.
“Dalam hidup juga sama. Semua orang ingin mencapai puncak dalam hidupnya,” kata Rendra memecah keheningan. Arin tak menjawab apa-apa. Menunggu kalimat Rendra berikutnya. “Tapi kamu sadar sesuatu, gak? Semua orang hanya ingin berada di puncak, tapi gak semua orang mau dan benar-benar melewati perjuangan mendaki ke puncak,” lanjut Rendra.
“Begitulah. Padahal menurutku, dibandingkan puncaknya, aku lebih suka perjuangan saat mendakinya. Puncak terasa indah, karena aku berjuang dulu untuk sampai ke sini. Mungkin jika aku bisa sampai di sini dengan instan, rasanya tak seindah ini,” Arin menimpali.
Arin melanjutkan, “kamu masih ingat, bagaimana perjalanan hidup yang kita lalui? Kita yang bisa sampai titik ini tanpa tahu siapa orang tua kita. Kamu pernah gak, ngerasa bangga itu bukan hanya karena kita sudah mencapai yang kita inginkan. Melainkan, ngerasa bangga dengan keterbatasan yang kita miliki, kita bisa mencapai ini semua. Perjuangan yang pahit, membuat hasilnya terasa lebih manis.”
Kata-kata Arin ditambah senyum manisnya membuat suasana malam itu semakin romantis bagi Rendra. Tatapan hangat Rendra pun menghangatkan hati Arin. Semesta memeluk letih dan luka mereka berdua serta semua orang yang sudah bertahan dan berjuang dalam hidupnya.
Selamat tidur kalian yang sudah berjuang hari ini. Beristirahatlah, perjuanganmu butuh jeda. Letihmu butuh perhentian, sebelum kembali berjuang menuju puncak yang kau dambakan.
Komentar
Posting Komentar