Gagal di Batch 7, Semangat Lulus ODOP Batch 8!

Setahun yang lalu, saya sebenarnya sudah pernah mengikuti proses rekrutmen komunitas ODOP batch 7. Tapi sayang, saya tidak konsisten menulis satu tulisan setiap harinya sehingga di akhir pekan saya tidak bisa mengejar utang tulisan dan dinyatakan DO alias drop out. Namun yang lalu biarlah berlalu. Kegagalan saya saat itu bisa saya jadikan pelajaran untuk ikut lagi batch ini.

Evaluasi Proses Rekrutmen Tahun Lalu

Sebagai evaluasi, saya mencoba merenungi apa yang salah atau hal yang kurang tepat saya lakukan sehingga saya gagal ODOP batch 7 sebelumnya. Maka semoga saya atau teman-teman tidak melakukan hal yang sama dan kita bisa lulus bersama di batch 8 ini. Berikut evaluasi yang bisa saya pikirkan sejauh ini:

1.       Tidak membuat strategi, terlalu mengalir apa adanya. 
            Ketika mengikuti rekrutmen di tahun sebelumnya, saya tidak menyiapkan cara-cara khusus agar bisa terus konsisten menulis selama 60 hari atau 2 bulan. Bahkan target yang ingin saya capai selama proses rekrutmen pun tidak jelas. Dalam pikiran saya saat itu yang penting saya menulis setiap hari dan saya lolos. Namun tunggu dulu Ferguso, tidak semudah itu! Di awal-awal tentu saya semangat, masih bisa menulis tepat waktu dan tidak memiliki utang, setidaknya di 2 minggu awal. Tapi, memasuki minggu ketiga, dengan meningkatnya kesibukan saya mengajar saat itu, ritme menulis semakin tidak beraturan. Ditambah ide yang buntu, apalagi semakin ke sana semakin sulit tantangannya. Saya pikir, ini salah satu kesalahan yang saya lakukan di tahun lalu yang cukup penting untuk diperbaiki.

 2.       Manajemen waktu yang buruk. 

            Sebenarnya ini juga efek tidak terencananya saya mengikuti proses rekrutmen ODOP di batch 7 kemarin. Saya tidak memiliki waktu khusus untuk menulis. Sehingga menulis ini seringnya mendapatkan waktu-waktu sisa saya saat pikiran dan tubuh saya sudah lelah. Padahal, saya paham kalau saya ini harus punya waktu khusus untuk melakukan setiap kegiatan, apalagi menulis. Saya belum bisa menulis dengan diburu waktu. Bagi sebagian orang, the power of kepepet benar-benar bekerja dengan baik. Bagi saya, itu adalah sebuah siksaan. Kalaupun bisa jadi, tulisannya benar-benar apa adanya. Hanya cukup untuk memenuhi syarat. Sebenarnya secara teknis sah-sah saja, tapi sayang aja waktunya jika momen rekrutmen ini tidak dijadikan kesempatan untuk upgrade kemampuan menulis, bukan?

 3.       Tidak disiplin dan menunda-nunda. 

            Disiplin yang saya maksud di sini adalah tidak patuh membuat 1 tulisan perharinya, akhirnya utang numpuk, dan ketika sudah numpuk itu muncullah godaan rasa malas. Kemudian berujung menunda-nunda. Pernah gak teman-teman ketika melihat pekerjaan yang menumpuk, jadi berat banget rasanya? Kayak kalau kita numpuk cucian selama satu minggu. Ngeliat gunungannya aja udah kebayang capeknya. Beda kan kalau nyucinya dicicil setiap hari? Nah begitu juga waktu utang tulisan sudah mulai menumpyk. Rasanya jadi berat banget!

 4.       Motivasi yang tidak cukup kuat. 

             Berhubungan dengan poin nomor 3, sih. Ketika rasa malas melanda, tapi motivasi atau dorongan dalam diri tidak kuat maka akan sulit untuk bergerak. Pernah sekali seminggu sebelum saya gugur, saya sedang semangat-semangatnya dan akhirnya utang tulisan bisa terbayar. Namun, saat motivasi turun lagi, ya akhirnya susah mengejar utang tulisan.

 5.       Komitmen yang kurang kuat.   

            Salah satu dosen MK Psikologi saya waktu kuliah pernah bilang, “yang membuat sebuah hubungan bertahan lama bukan hanya karena cinta, melainkan komitmen.” Saya pikir hal yang sama berlaku juga dalam menulis. Rasa suka, bahkan cinta terhadap menulis saja tidak cukup bagi kita untuk konsisten menulis, bukan? Sebab perasaan itu dinamis, naik-turun. Kadang penuh, kadang separuh. Itu juga yang pernah saya rasakan. Bahwa dalam satu hari itu saya merasa tidak ingin menulis karena memang tidak ada yang ingin saya tulis. Saat itu saya pikir saya belum memiliki komitmen yang cukup kuat sehingga ketika perasaan “cinta” kepada menulis menurun, saya tidak menuls.

Solusinya?

Nah, belajar dari kesalahan itu bukan berhenti pada evaluasi. Jika evaluasi tersebut kita asumsikan sebagai masalah, tentu yang terpenting adalah kita mencari pemecahannya, bukan? Sekarang saya ingin berbagi jawaban saya atas permasalahan-permasalahan itu. Yang semoga dengannya, saya (serta teman-teman) bisa lulus dan secara resmi menjadi keluarga besar ODOP. Aminin dong gais :D

Menurut saya, dalam kasus ini, solusi perlu mengandung dua aspek, yaitu solusi teknis dan solusi psikologis. Sebab jika kita lihat dari evaluasi yang saya paparkan di atas, masalahnya ada dua jenis: yang sifatnya teknis dan psikologis. Solusi teknis adalah solusi yang sifatnya langsung menyelesaikan masalah teknis menulis misalnya cara membuat perencanaan, cara mencari ide untuk menulis, dsb. Solusi psikologis adalah solusi yang sifatnya mengatasi hal-hal yang berkaitan dengan psikologis yaitu pikiran dan perasaan kita dalam menjalani aktivitas menulis misalnya paradigma seperti apa yang harus kita miliki dalam menulis, bagaimana agar kita memiliki komitemen serta menghindari rasa malas, dsb.

Langsung saja, ya kita masuk ke poin-poinnya. Ini hanya ide saya, saya sangat terbuka terhadap kritik dan masukan teman-teman. Dan tentu strategi setiap orang bisa berbeda, bergantung kepada konteks dan kondisi masing-masing orang.

Solusi Psikologis

1.   Menguatkan dan menghayati alasan mengapa kita ingin masuk ODOP.

Alasan adalah fondasi dari perilaku. Sebuah perilaku pasti memiliki alasan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Terlepas dari alasan yang sifatnya dorongan alamiah, logis maupun emosional. Yang jelas, alasan itulah yang mendorong kita melakukan sesuatu.

Untuk menumbuhkan persistensi, alasan yang dimiliki harus jelas serta kuat, harus benar-benar dipahami dan diyakini bahwa kita harus banget melakukan sesuatu tersebut. Sehingga, sekalipun nantinya kita akan menemukan ujian dan tantangan, kita akan berjuang untuk melewatinya.

Begitu pun dalam proses oprec ODOP kali ini. Sebelum saya mendaftar, saya menguatkan niat atau alasan saya dulu, kenapa saya ikut oprec ODOP? Kenapa saya harus banget lulus di batch  ini?Yakin gak, beneran mau masuk ODOP? Memangnya kenapa kalau gak lolos?

Ketika dirasa niat itu sudah cukup kuat dan saya yakin, barulah saya mendaftar. Dan inshaa Allah, di batch ini saya memiliki alasan yang lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Bagaimana dengan teman-teman? Sudahkah memiliki alasan yang jelas dan kuat untuk masuk ODOP?

  2.   Membuat pengondisian yang selalu mengingatkan kita akan alasan mengapa kita ikut ODOP.

Ketika saya ingin mencapai sesuatu biasanya saya selalu menuliskan kata-kata yang mengingatkan saya untuk mencapai itu. Termasuk juga alasan mengapa saya harus mencapainya. Misalnya dulu ketika saya kuliah, saya harus mencapai IPK tertentu sebab itu adalah salah satu syarat jika saya ingin menjadi pengajar di tempat tertentu. Contohnya saya tuliskan “Katanya penngen jadi dosen, ayo semangat dapat IPK 3,5!” dan saya menuliskannya di dinding dekat meja belajar juga di dekat layar laptop saya. Sehingga setiap saya belajar dan mengerjakan tugas saya, saya selalu berusaha mengerjakannya dengan baik.

Termasuk untuk lulus ODOP. Saya menuliskan kata-kata yang selalu mengingatkan saya akan tujuan dan alasan mengapa saya harus bisa konsisten menulis selama 69 hari tanpa terputus dan menyelesaikan semua tantanganya. Untuk teknisnya, setiap orang saya pikir bisa memiliki cara berbeda-beda untuk mengingatkan dirinya akan alasan mengapa harus lulus ODOP di batch ini.

    3.   Saling menyemangati dan memotivasi di grup kecil maupun besar ODOP.

Dorongan dari dalam diri biasanya menjadi dorongan paling besar. Tapi, motivasi dan dukungan dari luar diri kita juga penting. Bukankah salah satu manfaat kita berkomunitas adalah agar kita berada di sebuah lingkungan yang bisa mendukung kita dalam menulis? Termasuk di masa oprec ini. Ketika di batch 7 pun yang membuat saya bertahan selama satu bulan adalah semangat dari teman-teman di grup. Terlepas bagaimana pun caranya, saling memberi dukungan kepada teman-teman peserta oprec ini adalah sesuatu yang mendukung agar kita semua terus menulis.

 4.   Membuat komitmen dengan diri kita.

Komitmen adalah sesuatu yang membuat kita bertahan dalam melakukan sesuatu, meskipun dalam kondisi sulit. Ketika saya memutuskan untuk memperjuangkan sesuatu, saya membuat komitmen dengan diri saya, yang jika saya melanggarnya maka saya akan merasa sangat bersalah dan malu. Untuk menguatkan dan agar selalu saya ingat, biasaya saya akan menuliskannya dalam buku harian saya. Sebab salah satu hal yang saya lakukan adalah membaca kembali catatan harian saya ketika buntu atau down.

Begitu pun dengan rekrutmen ODOP kali ini. Saya menuliskan tekad dan komitmen saya untuk minimal saya disiplin menulis satu postingan setiap hari dan mengerjakan tantangan dengan sebaik mungkin.

 5.   Tingkatkan daya juang kita.

Meningkatkan daya juang itu seperti apa? Kalau saya ya dengan melawan, meningkatkan batasan perlahan-lahan. Tidak menyerah ketika menghadapi masalah. Misalnya ketika buntu, tidak punya ide untuk menulis, saya bekerja sedikit lebih keras lagi dari sebelumnya. Ketika dilanda rasa malas, saya tetap memaksakan untuk bergerak. Setiap saat saya berpikir, “ayo sedikit lebih bekerja keras hari ini! Sedikit saja.” Yang sedikit-sedikit itu jika dilakukan terus, maka akan menjadi banyak. Dan tanpa sadar, kita telah meningkatkan kapasitas diri kita.

Biasanya saya tidak bisa menulis lebih dari 1200 kata dalam sebuah tema. Tapi hingga kalimat ini, tulisan ini sudah mencapai sekitar 1400-an kata. Hal itu karena saya sedikit meningkatkan ketahanan dan kesabaran saya untuk terus menulis. Tidak buru-buru menyudahi ketika saya mulai merasa jenuh. Saya meningkatkan daya juang kita setiap harinya, meskipun sedikit demi sedikit, adalah salah satu hal yang bisa membawa kita kepada kesuksesan. Bukan hanya di rekrutmen ODOP ini, melainkan juga dalam hidup. .

 6.   Jangan pernah menunda!

Saya pikir ini adalah hal yang terpenting. Jangan pernah menunda! Kecuali jika memang ada hal lain yang lebih urgent yang harus dilakukan. Karena sekali kita menunda, rasa malas cenderung akan menjadi lebih besar. Ide yang muncul pun jika banyak ditunda akan lenyap entah ke mana.

Solusi Teknis

1.   Membuat perencanaan sebaik-baiknya.     
        Sebenarnya setiap orang bisa berbeda-beda teknisnya dalam membuat perencanaan. Tapi saya akan share cara saya membuat rencana.
a.  Pahami diri kita
        Kondisi diri kita adalah salah satu hal yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam membuat strategi. Maka penting untuk memahami diri kita. Memahami apa saja kekuangan kita sehingga kita bisa memprediksi kira-kira apa saja tantangan yang mungkin kita hadapi. Serta memahami apa kelebihan-kelebihan yang kita miliki untuk bisa mengatasi tantangan-tantangan tersebut.
b.     Buat target yang jelas     
            Tentu dalam membuat rencana, kita harus punya target yang jelas dulu. Jadi gak ngawang-ngawang, targetnya apa nih yang ingin dicapai dalam proses rekrutmen ODOP kali ini? Apakah cukup hanya lulus saja, atau ada target lain? Misalnya mendapatkan pembaca dalam kuantitas tertentu. Hal itu sah-sah saja, dikembalikan kepada niat teman-teman. Memperjelas tujuan ini penting sebab strategi yang kita gunakan bergantung kepada tujuannya. Berbeda tujuan tentu berbeda strategi, bukan?
c.      Buat strategi sedetail mungkin
            Strategi yang saya maksud sederhananya adalah hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan kita. Usahakan membuat langkah-langkah yang detail hingga taktis. Tingkatan taktis bagi setiap orang menurut saya bisa berbeda. Yang penting, kita paham apa saja yang kita lakukan, hingga tidak ada pertanyaan lagi ketika kita akan menjalankannya. Strategi itu harus mengandung prediksi-prediksi masalah serta alternatif-alternatif solusinya.

 2.   Usahakan untuk tidak berutang tulisan.

Seperti yang saya ungkapkan sebelumnya soal menumpuk cucian hingga seminggu, berutang tulisan itu akan terasa lebih berat dan mengganggu ritme menulis kita. Meskipun ada toleransi untuk berutang tulisan, alangkah lebih baik kita disiplin untuk setor satu tulisan setiap harinya. Selain akan lebih ringan, membuat kita tenang karena kita “aman”, hal itu juga baik dalam membangun kebiasaan menulis kita.

 3.   Perbanyak diskusi dengan orang-orang yang kompeten dan berpengalaman.

Baik tahun lalu maupun tahun ini saya melihat peserta rekrutmen ODOP ini banyak yang keren-keren menulisnya dan banyak juga pengalamannya. Termasuk juga panitianya, sudah banyak prestasinya. Selain ada kelas untuk membantu kita belajar teknis menulis, hal ini juga bisa kita manfaatkan untuk menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Ketika kita buntu pun kita bisa mendapatkan ide ketika berdiskusi dengan orang lain. Apalagi dengan orang yang kompeten dan berpengalaman, banyak hal yang bisa diambil sebagai ide untuk kemudian dikembangkan menjadi tulisan kita.

 4.   Menstimulus pikiran untuk mencari ide

Menulis adalah menyampaikan gagasan. Jika tak ada gagasan yang ingin disampaikan, tentu tidak akan ada yang ditulis. Maka kita perlu untuk menstmulus pikiran kita untuk “mencari masalah”, mencari pertanyaan-pertanyaan, mencari hal-hal yang sekiranya bisa menjadi pembahasan.
Menstimulus pikiran itu banyak caranya. Bisa dengan mengamati banyak realitas, bahkan dari hal-hal sederhana. Contohnya kemarin ketika dalam perjalanan ke klinik, saya melihat banyak mamang-mamang yang jualan makanan di gerobak atau tanggungan. Kemudian saya terpikir, “apakah pedagang keliling itu hanya ada di Indonesia? Street food  di setiap negara mungkin ada, tapi kok rasanya saya hanya melihat yang berjualan makanan dengan gerobak, keliling komplek atau kampung itu hanya di Indonesia ya? Jika memang iya, kenapa ya? Bagaimana latar belakang budaya dan sejarah yang membentuk realitas tersebut?” Hal itu bagi saya pribadi menarik untuk dicari tahu.
Selain melakukan pengamatan, tentu membaca adalah sumber ide. Membaca untuk menulis. Sudah menjadi aksioma nampaknya bahwa untuk menulis, kita perlu membaca.  
Berbincang, bertukar pikiran dengan orang lain juga cara yang cukup ampuh untuk “mencari masalah” (in positive way). Saya sering mendapatkan hal baru ketika berbincang dengan orang lain. Hal yang tidak terpikir awalnya jadi terpikir dan seringkali hal itu menarik untuk dibahas.
Dan banyak cara lainnya juga yang mungkin teman-teman miliki untuk menstimulus pikiran untuk senantiasa mendapatkan ide untuk menulis. I’d love it if you want to share it with us 😊

 

Saya pikir itu yang bisa saya bagi tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan agar saya dan teman-teman bisa lulus dan bergabung secara resmi dengan komunitas ODOP. Semoga saya juga bisa disiplin dan persisten dalam menjalaninya.

Harapan untuk Komunitas ODOP (One Day One Post)

Last but not least, harapan saya bagi komunitas ODOP adalah semoga ODOP panjang umur dan semakin berkembang. Semoga ODOP bisa melahirkan penulis-penulis hebat yang karyanya bisa berkontribusi untuk membangun bangsa. Dan semoga, saya serta teman-teman yang mengikuti rekrutmen di batch ini termasuk penulis-penulis hebat itu. Entah cepat atau lambat, hari ini ataupun suatu hari di masa depan. Semangat dan selamat berjuang!

 

#OneDayOnePost  

#ODOP

#ODOPChallenge1

Komentar

  1. #
    #Ketika saya ingin mencapai sesuatu biasanya saya selalu menuliskan kata-kata yang mengingatkan saya untuk mencapai itu. Wah, keren. Bisa ditiru nih.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan

I'm (Not) A Teacher

Resensi Buku "Manajemen PIkiran dan Perasaan" Karya Ikhwan Sopa