Titik Tengah Pilihan

Ketika akan melakukan sesuatu, saya selalu membayangkan, bagaimana orang-orang akan bereaksi atau berkomentar terhadap apa yang saya lakukan. Beberapa memang terjadi. Beberapa hanya persepsi saya. Beberapa mungkin memang terjadi, tapi tak saya ketahui atau sadari. Dan itu, yang kadang, membuat saya berpikir berulang kali untuk mengeksekusi sesuatu. "Bagaimana orang lain memandang dan bereaksi terhadap yang saya lakukan?"

Saya pikir, punya pemikiran demikian, tidak sepenuhnya salah, dan tidak juga sepenuhnya benar. Ini soal bagaimana kita menempatkannya. Ini hanya pendapat saya, ya. Silakan dikoreksi jika keliru.

Sisi baik dari hal itu adalah, kita tidak gegabah, dan selalu memikirkan dampak yang lebih luas dari tindakan kita. Sebab, sedikit banyak, yang kita lakukan pasti akan berdampak kepada orang-orang di sekitar kita. Bukan hanya soal bagaimana nilai atau citra diri kita di mata orang lain. Tapi juga apakah kehadiran serta tindakan kita secara substansi memberi manfaat ataukah merugikan orang lain. Memperbaiki keadaan, atau malah merusaknya.

Tapi, hal ini juga akan menjadi tidak baik, manakala terlalu dijadikan acuan. Terkadang ada hal-hal yang memang harus dilakukan. Dengan pertimbangan yang sudah dipikirkan sedemikian rupa. Dan, tak selalu pertimbangan atau alasan itu harus dan bisa diketahui orang lain. Beberapa, tentu, hanya bisa kita simpan sendiri alasannya. Jika sangat privat. Ya memang wajar kan setiap orang punya wilayah privat, yang bahkan hanya dirinya dan Tuhan saja yang tahu. Sehingga pada titik itu, saya pikir, apa yang dipikirkan orang lain, tidak harus menghalangi pilihan kita. Selama memang sudah ditimbang secara rasional.

Dan lagi, terkadang yang kita pikirkan soal bagaimana orang lain akan menilai atau bereaksi juga tidak sepenuhnya objektif. Kadang tercampur dengan pengalaman-pengalaman, penilaian subjektif dan emosional. Padahal nyatanya, tidak separah itu.

Maka, harus mencari titik seimbang. Antara kepentingan pribadi dan sosial. Memilah mana pemikiran objektif, mana yang sebatas persepsi. Memikirkan orang lain, yang mungkin terlibat atau terkena dampak dari keputusan kita, memang penting. Hanya saja, kita harus tetap jeli untuk menempatkan dan memberi kadar sebagaimana mestinya. Tak bisa sepenuhnya apatis. Tapi juga tak bisa sepenuhnya dijadikan alasan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untitled #4

Apakah Ada Kata Terlambat?

Kendali