Ocehan (Menuju) Tengah Malam

Aku tak pandai merangkai kata.
Tapi tak bisa aku tahan untuk tak bicara.
Tentang apa yang aku pikir dan kurasa.
Tentang hidup yang mungkin tak sempurna.
Tapi, semua kusyukuri dan aku bahagia.

Mulanya kupikir hidup ini menyebalkan.
Ia tak menyisakan untukku sedikit saja keindahan.
Semua yang aku dapatkan hanya badai dan hujan.
Kurasa hidupku penuh kutukan.

Tapi rupanya aku yang salah.
Pikiranku saja yang ternyata masih bocah.
Tak mampu melihat dengan jeli.
Bahwa setelah badai dan hujan pasti datang pelangi.

Seiring dengan bergantinya hari.
Aku akhirnya menyadari.
Bahwa besi harus ditempa untuk menjadi pedang.
Karbon harus ditekan dan dipanaskan untuk menjadi berlian.

Aku tak terkecuali.
Kepahitan yang kulalui bukan untuk membuatku tersakiti.
Melainkan untuk membuatku menjadi seseorang yang berarti.
Sesuatu yang manis akan terasa lebih manis,
jika kita sudah pernah tahu rasa pahit.

Mungkin ini tak pantas disebut puisi.
Hanya deretan kata yang mewakili isi hati.
Betapa hidupku aku syukuri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan

I'm (Not) A Teacher

Last But Not Least