Bermimpi dan Melepaskan

Bermimpi, berkhayal, berimajinasi, berharap, berkeinginan, berambisi, apapun itu. Sebagai makhluk berakal, mendambakan sesuatu yang (dianggap) ideal tentu bukanlah kesalahan. Justru itulah yang mengisi jiwa, agar tetap merasa hidup. Yang mendorong raga tetap bergerak.
Tapi seharusnya juga disadari bahwa mimpi selalu berada di tempat yang tinggi. Atau setidaknya, ia selalu berada di posisi yang lebih tinggi dari si pemimpi saat ini.

Jika bukan mimpi yang diturunkan, maka si pemimpi yang harus naik lebih tinggi. Tak semua dari sang pemimpi memiliki daya untuk membawa segala hal dengannya ketika ia hendak naik. Terkadang pula, tak segala hal yang dibawa nyatanya diperlukan untuk bisa naik. Saat segala daya tak mampu membawa segalanya, saat itulah, jiwa si pemimpi ditantang, untuk bisa melepaskan. Melepaskan sesuatu yang mungkin sangat dicintainya tapi menghambatnya untuk meraih mimpi sesungguhnya. Sesuatu yang mungkin sudah lama bersamanya, tapi jika tak ditinggalkan, si pemimpi tak bisa melanjutkan perjalanan.

Tak selalu mudah untuk melepaskan, tapi pada titik tertentu, mungkin itulah yang disebut pengorbanan. Sesuatu yang berharga tak mungkin didapatkan secara cuma-cuma. Sesuatu yang berharga, selalu menuntut pengorbanan yang setimpal.
Mimpi, tak terkecuali.

Melepaskan "beban-beban" yang tak perlu, bagian dari bermimpi. Jangan pernah bermimpi jika tak mau berkorban. Atau mimpi itu selamanya hanya menjadi angan.

Setiap dari kita membawa "beban" masing-masing. Juga punya kapasitas dan daya masing-masing. Kita yang mengenali apa yang sedang kita bawa serta seberapa luas dan kuatnya daya yang dimiliki. Dan hanya diri kita yang mampu memahami mana yang perlu dan mana yang tak perlu, bahkan menghalangi dan menghambat perjalanan.

Jujurlah dalam melihat dan mengakui kenyataan. Kemudian bersikap tegaslah dan berani untuk melepaskan, apa yang tak lagi perlu untuk dipertahankan. Terbanglah tinggi tanpa beban yang tak perlu.

Komentar

  1. Terkadang melepaskan beban memang melegakan...tapi saya masih punya cita-cita yang belum tercapai, dan masih ingin menggapainya

    BalasHapus
  2. Seperti rem dan gas di kendaraan, harus selalu harmoni :')
    .
    .
    Arsilogi.id

    BalasHapus
  3. Betul kak, kadang kita harus melepaskan, merelakan hal-hal yang yang membebani.

    BalasHapus
  4. Adakalanya, 'melepaskan' itu yang sulit, ya... ada rasa tak rela jika harus 'kehilangan' walaupun demi mendapatkan yang lebih baik... 😁

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan

I'm (Not) A Teacher

Last But Not Least