Hidup Bahagia ala Soleh Solihun

Kenalan Dulu sama Soleh Solihun


Pertama kali saya mengenal Soleh Solihun sebagai seorang stand up comedian. Kemudian saya melihatnya lagi saat main salah satu film Raditya Dika, “Cinta Brontosaurus”. Dia juga sempat beberapa kali menjadi cameo dalam berbagai film. Selain itu juga dia pernah menjadi membuat film, “Reuni Z” dan “Mau Jadi Apa”. Belakangan baru tahu kalau Soleh Solihun adalah seorang wartawan dan pernah juga menjadi penyiar radio. Dan saya menjadi salah satu penonton setia segmen “Soleh Solihun Interview” di channel Youtube miliknya.

Bagi saya, Soleh Solihun merupakan salah satu interviewer terbaik di Indonesia. Tentu sejauh yang saya tahu, ya. Hehehe. Yang membuat Soleh mendapatkan status itu dari saya adalah karena kemampuannya untuk menggali informasi sedalam-dalamnya dari narasumber. Dan pembawaannya yang santai membuat yang mendengarkan tidak mudah merasa bosan.

Prinsip Hidup Soleh Solihun

Sudah menjadi hal yang wajar dalam dunia per-Youtube-an jika para content creator berkolaborasi. Jika Youtuber A mengundang Youtuber B untuk mengisi segmen dalam kanalnya, maka Youtuber B pun mengundang Youtuber B untuk mengisi segmen dalam kanalnya. Oleh karena itulah, Soleh bukan hanya mewawancarai orang lain. Terkadang juga dia yang diwawancarai oleh orang lain.

Dari beberapa konten wawancara—entah di channel Youtube atau orang yang berkolaborasi dengannya-saya menemukan beberapa poin yang menarik dari caranya memandang hidup. Beberapa orang yang berkolaborasi dengan Soleh kebanyakan menanyakan hal yang sama. Kira-kira begini pertanyaannya, “hidup lu kok kayaknya santai banget, kayak yang gak ada beban?”. Sebab melihat pembawaan Soleh yang sangat santai dalam menjalani hidup.

Dan jawaban Soleh adalah, “emang gue mah gak ada beban, gak pernah mikirin hidup terlalu panjang. Dan fokus saja mensyukuri hari ini.”

Dalam segmen “Helmy Yahya Bicara” di channel Youtube Helmy Yahya, Soleh mengatakan bahwa sejak kecil dia merasa bahwa hidupnya tidak akan panjang. Hal itu disebabkan saat kecil dia sering membaca tabloid hidayah yang meceritakan kematian, siksa kubur dan akhirat. Ditambah ia juga melihat tetangganya dan saudara-saudaranya meninggal. Kedua hal itu membuat dia berpikir, “jangan-jangan saya bakal mati besok” sejak kelas 5 SD.

Karena memiliki pemikiran bahwa mungkin saja besok dia mati, Soleh jadi tidak pernah berpikir terlalu panjang tentang hidup. Ia lebih fokus untuk menjalani hari ini dan mensyukuri apa yang sedang didapatkan sekarang. Sebab menurutnya, terkadang orang itu berpikir terlalu jauh ke depan, hingga lupa untuk menjalani dan mensyukuri apa yang sedang didapatkannya hari ini. Itu juga yang membuat dia tidak terlalu ambisius dan tidak termotivasi oleh kesuksesan orang lain. Dia berpikir biarlah orang lain dengan pencapaiannya, Soleh juga dengan pencapaiannya sendiri. Dengan begitu, dia merasa hidupnya lebih bahagia.

Masih dalam “Helmy Yahya Bicara”, Soleh bilang bahwa tujuan hidupnya itu simpel: tidak ingin terlalu bekerja keras, tapi bisa memiliki apa yang dia inginkan.” Dalam wawancara lain Soleh pernah bilang juga bahwa saat Soleh menginginkan sesuatu, dia tidak terlalu memikirkannya. Hanya sebatas berpikir, “ingin deh punya itu” atau “kayaknya seneng ya kalo punya itu”. Barulah saat dia memiliki sumber daya untuk memilikinya, dia merealisasikan keinginannya. Kalau istilahnya Soleh, “tidak terlalu ngoyo”.

Meski demikian, Soleh tetap mengambil peluang-peluang yang ada di hadapannya. Setiap ada pekerjaan, dia akan mengambilnya, selama memang dia berkapastas untuk melakukannya. Dan dengan prinsip hidupnya yang demikian pun, Soleh pun sudah hidup berkecukupan.

Bersyukur adalah Kunci Hidup Bahagia ala Soleh Solihun

Dari hasil wawancara-wawancara bersama Soleh itu, yang bisa saya ambil hikmah adalah bahwa memang bersyukur adalah kunci hidup yang bahagia. Bersyukur yang benar-benar bersyukur dari hati, bukan hanya ucapan saja.

Dan saya sepakat dengan Soleh bahwa kita tak pernah tahu kapan kita mati. Tidak menutup kemungkin jika hari ini adalah hari terakhir saya hidup di dunia. Oleh karena itu, jangan membuat diri kita terlalu tertarik ke masa depan–yang belum tentu bisa kita gapai-hingga lupa untuk menjalani dan mensyukuri setiap momen dan segala yang kita punya hari ini.

Namun menurut saya, kita tetap harus memiliki tujuan yang jelas dan realistis dalam hidup. Kita juga harus mempersiapkan segalanya agar tujuan tersebut tercapai, agar hidup kita lebih terarah. Sesantai apapun Soleh dalam menjalani hidup, ternyata dia juga tetap punya tujuan dalam hidupnya. Hanya, pelajaran yang bisa diambil dari Soleh Solihun adalah, begitu kita punya tujuan, tujuan itu tidak perlu terlalu membebani kita. Tetap fokus untuk menjalani hidupk kita hari ini dan menikmati setiap momennya.

 

“Menurut saya, kalau kita gak mensyukuri yang kita punya, kita gak akan bahagia.” (Soleh Solihun)

 

Referensi: Berbagai konten wawancara Soleh Solihun di Youtube.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untitled #4

Apakah Ada Kata Terlambat?

Kendali