Covid-19 dan Ujian Kreatifitas Lulusan Baru 2020

Sudah tujuh bulan lamanya pademi Covid-19 mengacaukan berbagai sektor masyarakat di Indonesia. Bukan hanya sektor kesehatan, ekonomi menjadi salah satu sektor yang mendapat pengaruh cukup signifikan.

Sebagai lulusan baru tahun 2020, saya juga sangat merasakan dampak dari pandemi ini. Terutama terhadap kesulitan untuk mencari pekerjaan. Baik secara psikologis maupun kenyataannya di lapangan.

Mendengarkan banyaknya pekerja yang mengalami PHK membuat saya berpikir pesimis. Orang yang sudah bekerja saja diberhentikan, bagaimana saya bisa masuk? Seperti dilansir oleh bbc.com, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa jumlah iklan lowongan kerja sempat anjlok hingga 75% pada bulan April.

Kemenaker menyebutkan bahwa hingga 27 Mei 2020 ada lebih dari 3 juta pekerja yang mengalami PHK (mediaindonesia.com). Seperti yang dilansir oleh mediaindonesia.com, KADIN bahkan menyebutkan bahwa hingga Juli 2020, pekerja yang terkena PHK mencapai lebih dari 6,4 juta orang. Melihat angkanya saja sudah cukup membuat ciut, bukan?

Namun yang merasakan hal itu ternyata bukan saya saja. Teman-teman yang bernasib sama menjadi lulusan baru tahun 2020 ini juga merasakan hal yang sama. Contohnya, Anggi Nindya, seorang lulusan baru juruan Tasawuf Psikoterapi juga merasakan hal yang sama. Dalam bbc.com, Anggi mengatakan bahwa awal-awal lulus dulu ia masih merasa optimis dan melamar pekerjaan ke banyak tempat. Namun, lama-lama ia merasa pesimis sebab ia tidak juga kunjung mendapatkan panggilan kerja. Ditambah juga melihat angka PHK yang begitu tinggi.

Pandemi ini merupakan sesuatu yang berada di luar kendali kita. Siapa yang mengira bahwa Covid-19 akan memberikan pengaruh begitu besar pada kehidupan kita. Namun jika kita terus memikirkan masalahnya saja, tak ada gunanya, bukan? Kita harus memiliki solusi.

Jika tujuan kita adalah “mencari pekerjaan”, maka harus ada lapangan kerjanya. Kita harus mencari di mana ada lowongan pekerjaan. Dan di masa pandemi ini, itulah masalahnya. Banyak perusahaan yang mengurangi tenaga kerja dan melakukan efisiensi. Lapangan pekerjaan menjadi semakin sempit, padahal pencari kerja sangat banyak.

Di sinilah kreatifitas para lulusan baru benar-benar diuji. Jika memang sulit mencari pekerjaan, maka salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah memulai usaha sendiri. Bukan mencari, tetapi membuat lapangan pekerjaan.

Banyak usaha yang bisa dilakukan untuk bisa mencari pendapatan, dari yang minim modal sekalipun. Menjadi dropshipper atau reseller misalnya. Banyak sekali toko online maupun offline yang membuka dropship dan reseller, dengan beragam jenis produk. Mulai dari makanan, fashion, gadget hingga elektronik.

Di berbagai marketplace pun kita bisa membeli barang sebagai dropshipper. Kita hanya perlu memasarkan produk bermodalkan foto dari penjual aslinya. Jika ada pesanan, kita hanya tinggal meneruskan pesanan tersebut dan penjualnya yang mengirimkan produk kepada konsumen. Dan dropshipper hanya tinggal menerima keuntungan dari hasil penjulannya. Namun memang diperlukan kegigihan dan juga kreatifitas untuk bisa mendapatkan konsumen, dengan bisnis yang semakin kompetitif saat ini.

Selain itu juga kita bisa menawarkan jasa dari keterampilan yang kita miliki. Tak harus selalu kompetensi yang kita dapatkan dari pendidikan formal. Bisa juga dari hobi atau kesukaan kita yang ternyata bisa bernilai ekonomis. Misalnya, kemampuan desain grafis, ilustrasi, voice over atau dubbing, video editor, termasuk juga menulis. Kemampuan-kemampuan semacam itu sangat dibutuhkan sekarang.

Untungnya, di dunia dengan teknologi yang semakin berkembang ini, banyak platform yang menghubungkan pencari jasa dengan penyedia jasa, seperti Sribulancer, Freelancer Indonsia, Projects.co.id, Upwork, dan lain-lain. Namun memang kita akhirnya dituntut untuk membuat portfolio untuk meyakinkan calon klien bahwa kita adalah pilihan terbaik untuk mengerjakan proyek yang akan dijalankan.

Kita akhirnya menggali dan memikirkan, kompetensi apa yang kita miliki dalam diri kita dan meningkatkanya. Kita jadi memiliki kemampuan tambahan yang bisa kita jadikan alternatif, jika mungkin ke depannya juga kita masih belum bisa mendapatkan pekerjaan yang kita dambakan.

Dan pasti yang terlatih adalah mental kita. Mental bagaimana untuk tetap membangun optimisme, kegigihan serta berpikir untuk tetap produktif ditengah pandemi yang serba sulit ini.

Sudah terlalu banyak dampak negatif dari Covid-19 ini yang kita rasakan ataupun dengarkan dari berbagai orang di sekitar kita. Melalui media sosial ataupun media-media mainstream seperti TV dan radio. Namun ternyata, jika kita menyelaminya lebih jauh, selalu terdapat pembelajaran dalam cobaan seberat apapun.

Dari pandemi ini, para lulusan baru bisa belajar untuk mengasah kreatifitasnya agar bisa tetap produktif. Kita bisa menggali kemampuan dalam diri kita yang mungkin selama ini tak dilirik, padahal menyimpan potensi yang besar. Atau malah mungkin bisnis kecil yang kita hanya jalankan sementara sembari mencari pekerjaan, malah menjadi jalan karir kita. Siapa tahu, kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untitled #4

Apakah Ada Kata Terlambat?

Kendali